Semester Genap Akidah Akhlak Kelas 7 Pertemuan ke-14
Pertemuan ke-14 (Selasa, 06 April 2021)
BAB X. Kisah dan Keteladanan
Nabi Ibrahim As.
A.
Kelahiran Nabi Ibrahim As
Nabi
Ibrahim lahir pada tahun 2295 sebelum masehi di mausul. Beliau adalah
putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin
Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat
bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang
pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin
Kan'aan."
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup
senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang maupun pangan serta sarana
prasarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka, akan tetapi
tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah. Mereka
tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka dengan
segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah
patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur
dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan
tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya
harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak
dapat dilanggar atau ditawar. Kekuasaan yang besar yang berada di
tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati
lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia
merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai Tuhan. Ia berfikir jika
rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang
tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa
bukan dia yang disembah sebagai Tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat
mendengar, dapat berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi
mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah
orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang
mulia. Di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki
negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian
buruknya, maka lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang
bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon
Rasul dan pesuruh Allah Swt yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,
jauh-jauh telah diilhami akal sehat dan pikiran tajam serta kesadaran bahwa apa
yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuatan
yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa
persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang
harus diberantas dan diperangi, agar mereka kembali kepada persembahan yang
benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta
ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh
ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung
buatannya, namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan
kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara
mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan
kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna
ini?." Nabi
Ibrahim As ingin melihat bagaimana makhluk yang sudah Mati Dihidupkan Kembali oleh
Allah Swt. Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik
dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih
dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta
membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mangganggu fikirannya
dengan memohon kepada Allah Swt, agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada
Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan
makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan
berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi
Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya
kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan
mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan
hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada
kekuasaan-Mu."
Allah Swt memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu
diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan
meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping
mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan
bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang
letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah
diisyaratkan oleh Allah Swt itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim As memanggil
burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap
bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah Swt dan kuasa-Nya datanglah
berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia
kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim As kepadanya lalu
hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata
kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang
tidak ada. Dan
dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim As untuk
mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman
dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah Swt tidak ada sesuatu pun
di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata
"Kun" yang difirmankan Oleh-Nya, maka terjadilah akan apa yang
dikenhendaki " Fayakun".Nabi Ibrahim As.merupakan seorang nabi yang
hidup di masa jahiliyah, masa di mana puncak dari berkumpulnya orang musyrik
dan kafir. Nabi Ibrahim As merupakan anak dari seorang pengrajin berhala yang
termasyur pada jaman tersebut. Pada jaman beliau di mausul di perintah oleh
Raja Namrud yang memerintahkan rakyatnya untuk menyembahnya sebagai tuhan.
Ayah Nabi
Ibrahim menyembunyikan Beliau di hutan untuk menyelamatkan bani Ibrahim dari
pasukan Raja Namrud. Saat Nabi Ibrahim As. mulai tumbuh besar beliau mulai
berpikir kenapa masyarakat menyembah berhala, padahal berhala hanya benda mati
yang terbuat dari batu sehingga beliau tidak mau menyembah berhala.
B.
Nabi Ibrahin As Mencari Tuhannya
Pada masa Nabi
Ibrahim As., kebanyakan rakyat di Mesopotamia (sekarang Irak) beragama
politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan. Dewa Bulan atau Sin merupakan
salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan, dan matahari menjadi
objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat
penting.
Sewaktu kecil,
Nabi Ibrahim As. sering melihat ayahnya melakukan ritual menyembah berhala-berhala
tersebut. Di sisi lain, sang ayah, Azar, bahkan membuat patung-patung sebagai
gambaran dari para dewa-dewa tersebut untuk dijual dan dijadikan sembahan. Dari
sinilah, nalar dan logika Nabi Ibrahim As. mulai berjalan dan berontak, diapun
mencoba mencari kebenaran agama yang dianut oleh keluarganya itu.
Dalam al-Quran
Surah al-An’am ayat 76-78 dikisahkan sebagai berikut :
Artinya : “ 76. Ketika
malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam.” 77. Kemudian tatkala Dia melihat bulan
terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu
terbenam,Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." 78. kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku,
Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Ayat
menceritakan tentang Nabi Ibrahim As. dalam mencari Tuhannya, Inilah daya
logika yang dianugerahkan kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima Tuhan yang
sebenarnya.
C. Masa
dakwah Nabi Ibrahim As.
Dalam
menjalankan dakwahnya Beliau dihadang dengan persoalan berat, masa jahiliyah
adalah masa keserakahan, dan keburukan umat manusia terbesar. Berhala tersebar
dimana-mana dijadikan Tuhan yang disembah oleh Raja Namrud dan rakyatnya. Suatu hari pada saat orang-orang di negara Nabi pergi dan
meninggalkan kampungnya, Nabi Ibrahim As. memiliki akal untuk menghancurkan
semua berhala-berhala itu, Beliau menghancurkan berhala-berhala itu dengan
sebuah kapak, lalu beliau menyisakan satu berhala dan sengaja menaruh kapak
sebagai kalung berhala tersebut.
Setelah Raja
Namrud dan pengikutnya kembali ke negerinya, Raja Namrud sangat marah
mengetahui kejadian tersebut, raja langsung menuduh Nabi Ibrahim sebagai
pelakunya karena raja tahu bahwa Beliau tidak suka terhadap berhala-berhala
itu, raja meminta agar Nabi Ibrahim As. dibawa ke hadapannya untuk di hukum.
Nabi Ibrahim As.
tidak mengaku bahwa ia lah yang menghancurkan berhala-berhala itu, dengan
kecerdasan nabi, Beliau berkata bahwa berhala besar yang berkalung kapak itulah
yang menghancurkan berhala-berhala lainnya itu. Raja Namrud tertawa dan
mengatakan bahwa tidak mungkin berhala batu bisa melakukan hal seperti itu.
Dari situlah nabi lalu mengatakan bahwa berhala yang tidak bisa melakukan
apa-apa, kenapa harus disembah?.
Mendengar
perkataan Nabi Ibrahim As. tersebut para pengikut Raja Namrud tersadar bahwa
berhala yang mereka sembah selama ini bukanlah tuhan. Raja Namrud semakin marah
terhadap Beliau, raja memerintahkan pasukannya untuk membakar Beliau
hidup-hidup. Nabi di ikat di tengah tumpukan kayu lalu raja memerintahkan untuk
menghidupkan api untuk membakar Nabi Ibrahim As.
Atas kuasa dan
izin Allah Nabi Ibrahim As. diselamatkan dari kobaran api yang panas tersebut.
Melalui surat An Anbiya ayat 69 Allah berfirman “ kami berfirman “ hai api,
menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim”. Betapa terkejutnya
Raja Namrud
dan pengikutnya ketika api yang besar itu padam Nabi Ibrahim As. keluar tanpa
luka sedikitpun.
D. Nabi
Ibrahim As. Di Uji Untuk Mengorbankan Anaknya
Nabi Ibrahim As. mempunyai dua istri yang bernama sarah
dan Siti Hajar, serta memiliki dua anak yang bernama Ismail dan Ishaq, Nabi
Ibrahim As. saat lahir anak pertamanya yaitu Ismail, Allah memerintahkan Beliau
untuk menyembelih anak nya tersebut, padahal Beliau telah menanti berpuluh-puluh
tahun agar dapat dikaruniai anak, karena kecintaan dan ketaqwaannya kepada
Allah.
Nabi Ibrahim As.
bersedia menyembelih anaknya Ismail dengan tulus ikhlas, melihat ketaqwaan
Beliau tersebut Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor kambing. Untuk menghormati
peristiwa tersebut umat Islam di setiap tanggal 10 dzulhijah melakukan
penyembelihan hewan qurban. Nabi Ibrahim As. pada akhirnya wafat dalam usia
lebih dari 200 tahun. Kemudian dakwahnya digantikan kedua anaknya yaitu Ismali
dan Ishaq, keduanya pun juga diakui sebagai nabi.
Komentar
Posting Komentar