Semester Genap Akidah Akhlak Kelas 7 Pertemuan ke-9

 

Pertemuan ke-9

BAB. III. AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH SWT

(RIYA’ DAN NIFAQ)

 

Sebagai hamba Allah Swt. sudah sepatutnya menunjukkan rasa tasyakurnya kepada Allah Swt. Dengan memperbanyak amal ibadah yang ikhlas, agar diterima Allah Swt.akan tetapi jika amal ibadahnya disertai riya’, maka sia-sialah belaka, karena tidak diterima oleh Allah Swt. oleh karena itu perlu menjaga hati, agar terhindar dari penyakit hati. Diantara akhlak madzmumah adalah riya’ dan nifaq.

A. Riya’

1. Pengertian Riya’

Riya’ dalam bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan, secara istilah riya’yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.

Dengan demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw bersabda:



Artinya: ”Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada yang lain.” ( H.R Bukhari).

Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 142 :





Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)

Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak menerima sedikit pun amal ibadah mereka,bahkan adzab yang mereka terima sebagai balasannya. Firman Allah Swt :



 

 

 

 

 

Artinya: “Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Q.S. 3 Ali 'Imran 188)

Sabda Rasulullah Saw:

Artinya: “Allah tidak akan menerima amal yang terdapat unsur riya’ di dalamnya walaupun riya’ itu hanya sebesar dzarrah” ( Al-Hadits)

Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan ibadah shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai pendusta Agama Islam ini, bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail. Allah berfirman dalam QS. al-Maun: 4-6, yaitu:



Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (QS. 107:4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. 107:5) orang-orang yang berbuat riya”. (QS. Al-Maun 107:6)

 

2. Macam-Macam Riya’ ada dua, yaitu:

a.   Riya’ Jali, yaitu ibadah atau kebaikan yang sengaja dilakukan di depan orang lain dengan tujuan tidak untuk mengagungkan Allah Swt, melainkan demi mencari pujian orang lain, untuk kebanggaan , atau tujuan selain Allah Swt.

b.  Riya’ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara tidak terang-terangan , tapi dengan maksud agar ia dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat. Riya’ Khafi merupakan penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya sama dengan riya’ jali, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.

 

3. Bentuk-bentuk (contoh) Perbuatan dan sifat-sifat Riya’

Perbuatan riya’ antara lain sebagai berikut :

a.  Seseorang menyumbang masjid dihadapan banyak orang dengan maksud agar orang banyak menilai dirinya sebagai orang yang ahli jariyah

b.    Seorang siswa senang melaksanakan shalat dhuha atau dhuhur, dengan harapan supaya dapat nilai dari gurunya.

c.   Bapak Taufan membantu pesantren di kampungnya dan supaya panitianya dan mengumumkan dari hasil sumbangannya. dengan maksud agar jama’ah menilai dirinya ahli menyumbang.

 

4. Adapun akibat negatif riya’, di antaranya :

a. Menghapus pahala amal baik, seperti dijelaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 264 berikut :



Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

b. riya’ termasuk perbuatan syirik kecil.

   Sabda Rasulullah Saw:






Artinya:” Sesungguhnya perkara paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat bertanya, “ Apa syirik kecil itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’” ( H.R Ahmad)

b. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir. (QS. Al-Baqarah ayat 264 diatas).

 

5.Perilaku Menghindari Riya’

a.   Memandang semua makhluk itu tunduk di bawah kekuasaan Allah Swt sehingga makhluk itu dapat mendatangkan kesenangan dan dapat pula menimbulkan bencana, karena kita tidakmembutuhkan pujian dan sanjungan mereka.

b.    Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang dilakukan.

c.   Berusaha menyembunyikan dan merahasiakan ibadah dari orang lain dan ridha terhadap semua amal untuk Allah Swt. semata, cukup Allah Swt sajalah yang mengetahui dan memuji amal ibadahnya.

d.    Tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal baik yang dilakukan.

e.     Tidak emosi apabila ada orang lain yang meremehkan kebaikan yang dilakukan.

f.    Tidak senang memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya’ atas kebaikannya.

 

 

 Untuk mendapatkan file PDF materi diatas, silakan download disini :  https://drive.google.com/file/d/1CL6Ketu6sTvbQwPTfeyCgG4-8X9epRSk/view?usp=sharing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak selama Covid-19

Akidah AKhlak Kelas 7 Pertemuan ke-15 Keteladanan Nabi Sulaiman