Akidah Akhlak Kelas 8 Pertemuan 15 (Semester Gasal)
Pertemuan ke-15 : Keteladanan Nabi Musa As.
BAB V. KETELADANAN
NABI MUSA AS
1. SEJARAH
KEHIDUPAN NABI MUSA As.
Nabi Musa lahir di Mesir 1527 SM pada pemerintahan Merneptah, pendapat
lain mengatakan Ramses Akbar atau Thutmosis atau Firaun. Musa adalah seorang
pemimpin dan Nabi orang israel dan memiliki tugas
membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Nama beliau disebutkan sebanyak
136 kali di dalam Al-Quran. Musa bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin
Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij
bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Sedangkan nama ibunda Musa
memiliki nama Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya adalah Yuhanaz Bilzal. Nabi
Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah)
dan memiliki keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh,
Mitha, Yasin, Ilyas. Dalam kisah Nabi Muhammad saat perjalanan menuju ke Sidrat
al-Muntaha dan sampai ke langit Al-Khaliishah (Keenam), Beliau (Muhammad)
melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar, berambut lebat, berjenggot putih
dan panjang hingga menutupi dadanya, sembari memegang tongkat.
2. CONTOH PERILAKU AKHLAKUL KARIMAH
NABI MUSA AS
a. Musa Memakan Bara Api
Pada suatu hari, Firaun
memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa
hingga dia kesakitan, lalu berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang
akan menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih
anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” Karena Firaun tidak percaya,
akhirnya dia menguji Musa dengan sajian Roti dan Bara api, diceritakan di dalam
hadist bahwa sebenarnya Musa berniat mengambil Roti akan tetapi oleh malaikat
dialihkanlah sehingga tangannya memegang Bara Api kemudian memakannya, sejak
itulah menjadi Cadal dan selamat dari ancaman Firaun. Sejak berusia tiga bulan
hingga dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin
Firaun. Nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan
“sa” adalah tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
b. Ujian Nabi Musa Hingga Menikah
Bermula saat musa sedang
melihat-lihat di sekitar kota Memphis (Nama Berhala), ia melihat dua laki-laki
sedang berkelahi, masing-masing dari kalangan Bani Israel bernama Samiri dan
bangsa Mesir bernama Fatun, seketika Ia ingin mendamaikan mereka akan tetapi
ditepis oleh Fatun, spontan Musa langsung memukul kepala Fatun, hanya satu pukulan
Fatun pun tewas. Sebab tindakannya itu, Musa kemudian meminta ampun kepada
Allah sebagaimana diceritakan di dalam Al-Qur'an; Musa berdoa: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah
aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Qashash 28: 16). Musa Menikah Tak lama
berselang, kasus pembunuhannya diketahui oleh masyarakat desa hingga kabar itu
sampai di telinga Firaun, akhirnya Firaun mengutus anak buahnya
untuk menangkap Musa. Karena terdesak Musa akhirnya lari dari Mesir,
perjalannya tak tentu arah dan tujuan sampai 8 hari, tibalah dia di kota
Madyan, yaitu kotanya Nabi Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah
di selatan Palestina. Musa tinggal di rumah Nabi Syu'aib cukup lama, sehingga
Ia menikah dengan anak perempuannya Nabi Syu'aib bernama Shafura. Selepas
menjalani kehidupan berkeluarga di Madyan.
c. Musa Pulang ke Mesir
Musa meminta izin kepada
Syu'aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, sesampainya di Bukit
Sinai, Musa melihat Api, dia berpikir bahwa api itu bisa digunakannya untuk
obor guna menerangi perjalanannya. Sejenak Musa meninggalkan istrinya untuk mendapatkan
api tersebut. sesampainya di puncak, Musa melihat api itu menyala di batang
pohon tetapi tidak membakar pohon itu, Musa pun bingung, lantas terdengarlah suara
Wahyu Allah “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”(al-Qashas:
30), “...dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular (Musa
melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia mundur tanpa menoleh) Wahai Musa
datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang
yang aman.”(al-Qashas: 31), “...Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti
keluar putih bersinar dan dekapkan kedua tanganmu ke dada kerana takut....”(al-Qashas:
32) Demikian itulah mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah kepada Musa; fisik
kuat, tongkat ular, dan tangan bersinar.
Firaun marah ketika
mendengar Musa pulang dengan membawa ajaran baru, merasa martabatnya jatuh ia
akhirnya menantang Musa untuk membuktikan bahwa Ia (Musa) benar-benar utusan Allah.
Firaun mengutus para penyihirnya untuk bertanding melawan Musa, Para penyihir melemparkan
tali mereka dan berubah jadi ular,
selanjutnya disusul oleh Musa setelah mendapatkan wahyu oleh Allah : “...dan
lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka
buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan
tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.” (QS. Thaha:
69)
Musa pun melemparkan
tongkatnya dan berubah menjadi ular besar kemudian memakan seluruh ular milik
penyihir tadi, para penyihirpun terheran-heran melihatnya, hingga beberapa diantara
mereka insaf. Mendengar hal itu Firaun marah dan menghukum mereka (Musa dan
pengikutnya) tak terkecuali istri Firaun sendiri yang dibunuh dengan cara keji (disalip dan ditusuk
kemaluannya dengan benda tajam).
Nabi Musa bersama
pengikutnya terpakasa melarikan diri hingga sampai di Laut Merah. Namun, Firaun
dan tentaranya masih mengejar mereka dari belakang. Nabi Musa pun mendapatkan
wahyu dari Allah: “...dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami
selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu
sendiri menyaksikan.” (Al Baqarah 2:50). “Lalu kami wahyukan kepada
Musa: pukullah lautan itu dengan tongkatmu: maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. Asy Syu’ara’: 63
Seketika Musa memukulkan tongkatnya
ke laut merah dan terbelahlah laut tersebut, Musa dan
pengikutnya lari menyeberangi lautan tersebut, hingga sampailah mereka di tepian
seberang laut merah sedang
Firaun dan tentaranya masih di tengah lautan, maka Allah menutup kembali laut
merah tersebut. Pada akhirnya
Firaun dan tentaranya mati tenggelam di laut merah.
d. Musa bermunajat di Bukit Sina
Selepas keluar dari Mesir,
Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke
Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan dari Allah. Namun, sebelum itu Musa
disyaratkan berpuasa selama 30 hari di bulan Zulqa’dah. Ketika mahu bermunajat,
dia merasa bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah
daun kayu (siwakan), lalu perbuatannya ditegur malaikat dan dia diwajibkan
berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa
berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat
melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu,
tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti
sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke
arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga
masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar
seluruh tubuh lalu pingsan.
e. 10 Perintah Allah Kepada Musa
Ketika sadar, Musa terus
bertasbih dan memuji Allah seraya berkata: "Maha besar Engkau ya Tuhanku,
ampunilah aku dan terimalah taubatku maka aku akan menjadi hamba yang pertama
iman kepadaMU." Saat itulah Allah menurunkan kitab Taurat kepadanya.
Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu,
yang diturunkan secara terperinci dan bertahap. Total sebanyak 10 perintah,
yaitu:
1) Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain
selain-Ku.
2) Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.
3) Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
4) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
5) Hormatilah ayah dan ibumu.
6) Jangan membunuh.
7) Jangan berzina.
8) Jangan mencuri.
9) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10) Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba
laki-lakinya,
atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau
apapun yang dipunyai sesamamu).
3. MENELADANI
SIFAT-SIFAT NABI MUSA As.
Dari Kisah Nabi Musa a.s.
Kita dapat meneladani sifat-sifat yang dimiliki beliau. Adapun beberapa sikap
yang perlu kita teladani sebagai berikut.
a. Pemberani dalam
menyampaikan kebenaran
c. Ketekunan dalam belajar
d. Sikap suka membela yang lemah
e. Sabar dalam berdakwah
Komentar
Posting Komentar